Operasi Caesar Tidak Seperti yang Bunda Bayangkan

Operasi Caesar kini lebih banyak diminati oleh sebagian ibu hamil untuk melahirkan. Prosesnya yang cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit saat persalinan membuat mereka memilih cara ini dibanding melahirkan secara normal.

Operasi Caesar mungkin akan direkomendasikan sebagai prosedur yang direncanakan atau dilakukan dalam keadaan darurat, jika melahirkan secara normal dianggap memiliki risiko yang sangat besar. Biasanya, operasi ini dilakukan setelah minggu ke-38 pada masa kehamilan.

Kapan Operasi Caesar Sebenarnya Diperlukan?

Sebagian ibu hamil memilih untuk menjalani operasi Caesar, padahal ia memiliki opsi untuk melahirkan secara normal. Sejumlah ibu hamil memilih operasi Caesar karena takut merasakan sakit ketika melahirkan secara normal, dan ingin melahirkan sang bayi pada tanggal-tanggal tertentu (contoh: 11/12/13 atau 10/10/10), atau tidak ingin menunggu lama layaknya menunggu proses pembukaan jalan lahir yang bisa memakan waktu.

Melahirkan melalui bedah Caesar berarti mengeluarkan bayi melalui sayatan dari perut sang ibu, bukan dari vagina. Sebelum pembedahan, dokter akan melakukan anestesi (pembiusan) epidural, sehingga membuat daerah perut menjadi mati rasa saat melakukan proses penyayatan di area perut bagian bawah. Jadi, Anda akan sadar selama proses operasi Caesar, namun akan mengalami mati rasa mulai dari area perut ke bawah. Namun pada keadaan tertentu akan dilakukan pembiusan umum.

Dengan tirai pembatas, Anda tidak bisa melihat dokter ketika menyayat perut Anda. Dokter mungkin akan memberikan obat penenang untuk membantu Anda agar lebih rileks. Tidak sampai hitungan jam, Anda akan mendengar suara tangisan bayi yang keluar dari rahim Anda. Begitulah kiranya proses melahirkan melalui operasi Caesar.

Kendati operasi Caesar adalah prosedur yang umum, namun operasi ini merupakan operasi besar, sehingga membawa risiko tersendiri. Hal inilah yang membuat dokter tidak merekomendasikannya, kecuali jika diperlukan karena ada indikasi medis.

Alangkah baiknya Anda mencoba dahulu untuk melahirkan secara normal, jika tidak ada alasan medis tertentu untuk menjalani operasi Caesar. Bukan hanya lebih aman, melahirkan secara normal juga berdampak lebih baik pada kesuburan wanita di masa yang akan datang.

Lalu, kapan waktu yang tepat untuk melahirkan secara Caesar? Terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan anak untuk dilahirkan melalui operasi Caesar. Tempuhlah jalur Caesar, jika kondisi Anda atau bayi tidak memungkinkan dari segi medis, seperti:

  • Ukuran bayi terlalu besar, sementara panggul Ibu kecil.
  • Bayi menderita kelainan, misalnya spina bifida.
  • Posisi kepala janin tidak berada di bawah atau sungsang.
  • Sang ibu memiliki penyakit jantung atau kondisi medis lain seperti preeklampsia berat yang berisiko memburuk akibat tekanan saat melahirkan.
  • Penurunan suplai darah ke plasenta sebelum kelahiran. Hal ini dapat menyebabkan bayi lahir dengan tubuh kecil.
  • Plasenta previa.
  • Luka terbuka yang disebabkan infeksi herpes genital yang aktif.
  • Sang ibu terinfeksi virus HIV.
  • Terdapat lebih dari satu janin dan kondisi kehamilan yang kompleks, misalnya posisi janin yang kurang ideal atau kembar siam.

Risiko Operasi Caesar

Sejauh ini, operasi Caesar dianggap relatif aman. Namun sama seperti operasi besar lainnya, prosedur ini tetap berisiko dan berpotensi menyebabkan komplikasi dibanding dengan melahirkan normal, baik untuk sang ibu maupun bayinya. Berikut adalah beberapa risiko yang bisa terjadi saat menjalani operasi Caesar, di antaranya:

  • Rasa sakit setelah operasi. Ini merupakan faktor negatif utama karena rasa sakit bisa berlangsung setidaknya untuk beberapa minggu setelah operasi. Anda mungkin mengalami rasa sakit pada luka sayatan dan adanya ketidaknyamanan di perut Anda.
  • Infeksi, terutama infeksi pada luka bekas operasi, infeksi saluran kemih, dan infeksi pada dinding rahim.
  • Pembekuan darah di kaki atau paru-paru.
  • Kehilangan banyak darah.
  • Efek setelah pembiusan yaitu mual, muntah, dan sakit kepala.
  • Timbulnya luka bekas sayatan dan jaringan parut. Hal ini tidak bisa Anda hindari usai menjalani operasi. Sayatan akan menimbulkan luka pada perut. Biasanya setelah beberapa tahun, luka tersebut akan tersamarkan. Luka bekas operasi Caesar bisa terlihat jika diperhatikan dengan saksama, tapi pada umumnya hampir menyerupai warna kulit di sekitarnya.
  • Cedera pada organ lain. Hal ini dapat terjadi selama operasi.
  • Kematian. Namun hal ini sangat jarang terjadi. Kemungkinannya hanya sekitar 2 dari 100.000 ibu yang meninggal akibat operasi caesar.
  • Risiko jangka panjangnya adalah leher rahim terhalang dengan tumbuhnya plasenta di dalam rahim, kondisi ini biasa disebut plasenta previa. Selain itu bisa juga mengalami gangguan plasenta seperti plasenta akreta yang dapat menyebabkan pendarahan hebat setelah melahirkan.

Tidak hanya sang ibu, bayi pun kemungkinan akan mengalami beberapa kondisi seperti cedera saat persalinan dan gangguan pernapasan jika bayi dilahirkan sebelum usianya mencapai 39 minggu.

Namun, jika tidak ada komplikasi, biasanya seorang ibu akan menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Sementara masa pemulihan total biasanya memakan waktu empat hingga enam minggu.

Tips Setelah Menjalani Operasi Caesar

Pepatah ‘bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian’ tepat ditujukan oleh ibu hamil yang memilih untuk melahirkan dengan jalur normal. Seorang wanita yang melahirkan secara normal, akan merasakan sakit pada saat proses persalinan saja. Namun setelah beberapa jam dari proses persalinan, dia sudah mampu berinteraksi dengan keluarga dan sudah bisa kembali melakukan rutinitas dalam waktu beberapa hari.

Namun, hal itu tidak bisa dirasakan oleh mereka yang memilih operasi Caesar. Saat persalinan mereka tidak akan merasakan sakit. Tapi rasa sakit itu akan dirasakan setelahnya. Mereka juga tidak bisa beraktivitas seperti biasa selama masa pemulihan sekitar empat hingga enam minggu untuk sembuh total.

Berikut ini adalah hal-hal penting yang harus Anda ketahui usai menjalani operasi caesar.

  • Hindari aktivitas berat seperti bersepeda, lari, angkat beban, aerobik, sit-up, dan olahraga lainnya selama enam minggu, hingga mendapatkan persetujuan dari dokter.
  • Usai operasi Caesar, Anda akan merasakan sakit ketika berjalan. Meski begitu, usahakan untuk berjalan sedikit demi sedikit. Dengan berjalan, Anda dapat melancarkan aliran darah dan membantu mencegah sembelit dan pembekuan darah.
  • Tidur yang cukup. Ketika tubuh sudah merasa lelah, beristirahatlah.
  • Jangan mengangkat barang-barang yang lebih berat dari bayi Anda sampai dokter mengizinkannya.
  • Anda akan mengalami pendarahan pada vagina. Sediakan pembalut, dan jangan gunakan tampon tanpa persetujuan dokter.
  • Tanyakan kepada dokter, kapan Anda bisa mulai menyetir mobil dan berhubungan seks.
  • Setelah operasi, buang air besar menjadi tidak teratur. Hindari mengejan ketika sembelit.
  • Ketika batuk atau mengambil napas dalam-dalam, taruh bantal pada luka sayatan di perut Anda. Hal itu bisa mengurangi rasa nyeri pada sayatan.
  • Luka sayatan pada perut juga harus Anda perhatikan. Bersihkan luka tiap hari dengan air hangat dan sabun, namun hindari produk pembersih, seperti hidrogen peroksida, karena bisa memperlambat penyembuhan luka. Setelahnya keringkan dengan handuk bersih. Balut luka dengan kain kasa jika luka basah atau bergesekan dengan pakaian. Ganti kain kasa tiap hari. Usahakan daerah sekitar luka selalu dalam keadaan kering.

Rasa takut pasti dirasakan para ibu yang akan melahirkan. Namun semua hal itu dikembalikan lagi kepada masing-masing individu. Anda berhak memilih metode persalinan apa pun yang Anda rasa nyaman.

Perjuangan melawan sakit, baik saat melahirkan secara normal atau setelah operasi Caesar, seakan terbayarkan dengan hadirnya sang buah hati tercinta. Jangan ragu untuk konsultasikan pada dokter kandungan Anda, proses persalinan mana yang paling tepat untuk Anda.

Category:
Ibu Keluarga